TUJUH ELEMEN TULISAN POPULER

Twitter
Visit Us
Follow Me
LinkedIn
Share
RSS
Follow by Email

Berikut ini tujuh elemen tulisan populer yang dikategorikan berhasil. Juga tujuh elemen mengapa sebuah artikel disebut gagal.

TULISAN yang hidup adalah senjata penting untuk menaklukkan minat pembaca di tengah persaingan antar media komunikasi yang kian ketat. Mereka dikangeni karena berjiwa — personal, memiliki sudut pandang yang unik dan cerdas, serta penuh vitalitas.

Tulisan yang baik tak ubahnya seperti tarian burung camar di sebuah teluk: ekonomis dalam gerak, tangkas dengan kejutan, simpel dan elok. Tulisan yang baik adalah hasil ramuan keterampilan (reporter) menggali bahan penting di lapangan dan kemampuan (redaktur) menuliskannya secara hidup.

Apa pun subyeknya, setiap karya jurnalistik yang bagus memiliki setidaknya tujuh unsur:

  1. Informasi
    Adalah informasi, bukan bahasa, yang merupakan batu bata penyusun sebuah tulisan yang efektif. ”Prosa adalah arsitektur, bukan dekorasi interior,” kata Ernest Hemingway. Untuk bisa menulis prosa yang efektif, penulis pertama-tama harus mengumpulkan kepingan informasi serta detail konkret yang spesifik dan akurat — bukan kecanggihan retorika atau pernik-pernik bahasa.
  2. Signifikansi
    Tulisan yang baik memiliki dampak pada pembaca. Dia mengingatkan pembaca pada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka, kesehatan, kemakmuran maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia memberikan informasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Serta meletakkan informasi itu dalam sebuah perspektif yang berdimensi: mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan terjadi.
  3. Fokus
    Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. ”Less is more,” lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran. Memperbincangkan sebuah person, sebuah kehidupan, bukan sebuah kelompok sosio-ekonomi. ”Don’t write about Man, write about a man,” kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amerika.
  4. Konteks
    Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, seberapa jauh dampaknya dan seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu piawai menyajikan konteks dalam sebuah kapsul besar secara sekaligus, sehingga sulit dicerna. Penulis yang lebih lihai menggelombangkan konteks ke seluruh cerita.  
  5. Wajah
    Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Jurnalisme menyajikan gagasan dan peristiwa–tren sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan — dengan memperkenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau dengan menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu.

Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya. ”Don’t say the old lady screamed, bring her on and let her scream,” kata Mark Twain, jurnalis dan novelis pengarang The Adventure of Tom Sawyer.

  1. Bentuk
    Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung dan sekaligus mengungkapkan cerita. Umumnya berbentuk narasi. Dan sebuah narasi bakal sukses jika memiliki semua informasi yang dibutuhkan pembacanya dan jika ceritanya bisa diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif untuk menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan komplet yang memuaskan, perasaan bahwa segala yang ada dalam tulisan mengalir ke arah konklusi yang tak terhindarkan.
  2. Suara
    Kita tak boleh lupa, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti sekarang kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi: seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada pembacanya. Majalah/koran yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau. Dan penulis yang baik mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke seluruh cerita, tapi menganekaragamkan volume dan ritme untuk memberi tekanan pada makna.

Secara ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi menarik dan berjiwa. Menarik karena penting, terfokus dan berdimensi. Serta berjiwa, karena berwajah, berbentuk dan bersuara.

Tulisan memble: Tujuh Kegagalan

  1. Gagal menekankan segala yang penting, sering kali karena gagal meyakinkan bahwa kita memahami informasi yang kita tulis.
  2. Gagal menghadirkan fakta-fakta yang mendukung.
  3. Gagal memerangi kejemuan pembaca. Terlalu banyak klise, hal-hal yang umum. Tak ada informasi spesifik yang dibutuhkan pembaca.
  4. Gagal mengorganisasikan tulisan secara baik — organisasi kalimat maupun keseluruhan cerita.
  5. Gagal mempraktikkan tata bahasa secara baik; salah membubuhkan tanda baca dan salah menuliskan ejaan.
  6. Gagal menulis secara balans, sebuah dosa yang biasanya merupakan akibat ketidakpercayaan kepada pembaca, atau keengganan untuk membiarkan fakta-fakta yang ada mengalirkan cerita sendiri tanpa restu dari persepsi penulis tentang arah cerita yang benar. Dengan kata lain: menggurui pembaca, elitis.
  7. Semua kegagalan itu bermuara pada kegagalan untuk mengaitkan diri dengan pembaca. Banyak tulisan akan lebih baik — dan banyak tulisan yang dianggap sulit akan menjadi lebih mudah — jika kita ingat bahwa kita tidak sedang menulis sebuah novel besar. Kita hanya mencoba menyalurkan sesuatu kepada mereka yang telah membeli koran kita.

*) Ditulis oleh Farid Gaban dengan judul asli “Seperti Tarian Burung Camar”.

Author: Bagja Hidayat

Wartawan majalah Tempo sejak 2001. Mendirikan blog ini pada 2002, karena menulis seperti naik sepeda: tak perlu bakat melainkan latihan yang tekun dan terus menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoy this blog? Please spread the word :)