KOMUNISME SUDAH MATI, KECUALI …

Twitter
Visit Us
Follow Me
LinkedIn
Share
RSS
Follow by Email

Wawancara dengan Regis Debray, sosialis Prancis yang pernah bergerilya bersama Che Guevara.

Tempo, 17  Juni 1989

Ia seorang sosialis yang mungkin sudah berubah. Regis Debray, cendekiawan terkemuka Prancis ini, pernah bergerilya bersama Che Guevara, tokoh revolusi Kuba yang mau mengembangkan sosialisme dengan cara bersenjata di Amerika Latin. Tapi gagal. Che ditembak mati oleh pasukan Bolivia, dan Debray dipenjara pada 1967-1970.

Che Guevara (kanan) dan Regis Debray

Ia kemudian dibebaskan. Ia pulang ke Paris. Dosen filsafat pada perguruan tinggi ternama Ecole Normale Superieure ini kemudian kian dikenal karena buku-bukunya, termasuk novelnya. Ia, 49 tahun, kini anggota dewan penasihat negara dalam pemerintahan sosialis di bawah Mitterrand. Pekan lalu ia selama sehari berada di Yogya, untuk berbicara dalam peringatan 200 tahun Revolusi Prancis.

Wartawan TEMPO Goenawan Mohamad mewawancarainya.

Bagaimana pandangan Anda kini tentang gerakan pembebasan nasional di Dunia Ketiga?
Gerakan yang mana? Sukar untuk menggeneralisasikan semuanya….

Misalnya di Amerika Latin.
Tak ada gerakan pembebasan nasional di Amerika Latin. Orang mengira ada, bahkan orang Amerika Latin sendiri mengira ada. Tapi gerakan yang ada sering jauh lebih bersifat minoritas daripada yang mereka kira.

Apakah ini didapat dari pengalaman Anda di Bolivia, setelah berjuang bersama Che Guevara?
(tersenyum) Hal-hal yang begitu jelas biasanya ditemukan setelahsedikit terlambat….

Bagaimana pandangan Anda tentang Kuba?
Kuba negara yang terakhir yang dapat meraih kemerdekaan, baru sekitar awal abad ini. Dan negeri itu waktu itu benar-benar diduduki oleh perekonomian dan hubungan kliental dengan Amerika. Ini menjelaskan adanya dukungan yang luas kepada revolusi Kuba.

Apakah kini revolusi Kuba masih dengan semangatnya yang lama atau sudah mengalami birokratisasi?
Kini memang jadi birokratis, dan ini memang hukum universal. Masa 30 tahun cukup bagi proses birokratisasi. Lihat saja Indonesia, Cina, Soviet, Vietnam.

Pada dasarnya bisakah sosialisme menghindari birokratisasi?
Tidak, jika dengan sistem partai tunggal. Kalau terdapat satu partai, dan kalau partai dan negara bersatu, sistem otoriter dan birokratis pasti terjadi: dengan cepat tak ada dinamisme lagi. Di tahun 1917, ketika Lenin menegaskan bahwa dewan konstitusi di Soviet tugasnya selesai, maka itulah awal proses birokratisasi. Menurut Lenin, keadaan itu bersifat sementara. Seperti dalam Revolusi Prancis, teror dianggap sementara dan kediktatoran adalah suatu keadaan perkecualian. Tetapi kemudian yang tadinya perkecualian itu jadi norma. Namun, kini yang terjadi di Uni Soviet adalah revolusi yang benar-benar. Revolusi ini memang dimulai dari atas, tetapi ia bertaut dengan gerakan yang sungguh-sungguh didukung rakyat.

Mungkinkah di sana muncul sistem partai banyak?
Secara de facto itu sudah terjadi. Setiap orang di sana memang disebut komunis, tapi secara tidak formal partai yang berbeda sudah muncul, antara yang berkecenderungan konservatif dan progresif. Dan untuk pertama kalinya rakyat Rusia menyaksikan pembahasan dalam dewan rakyat, dengan disiarkan di televisi.

Ada dua eksperimen di dua negara komunis. Yang pertama di Soviet, dengan liberalisasi politik, dan yang kedua di Cina, dengan liberalisasi ekonomi. Sejauh ini liberalisasi politik yang dilakukan lebih dulu, seperti di Soviet, lebih berhasil dibandingkan dengan di Cina, yang mendahulukan liberalisasi ekonomi. Apa sebabnya?
Saya tak tahu, saya bukan pakarnya. Di Soviet bisa saja terjadi pergolakan politik akibat kekurangan pangan. Tapi rasanya kebebasan politik untuk mengungkapkan rasa marah lebih penting daripada kebebasan ekonomi. Soalnya, monopoli kekuasaan yang dipegang para penguasa Cina tak ada dasarnya lagi. Secara ideologis tindakan ekonomi mereka bukan komunis lagi. Fungsi mereka satu-satunya kini hanyalah mengatur suatu negara yang begitu besar dan melangsungkan persatuan Cina.

Apakah di negeri-negeri komunis kini ada semacam sinisme, karena ideologi sebenarnya tak begitu penting, dan yang lebih penting ialah pemeliharaan kekuasaan?
Ya. Itu sudah terjadi sejak dulu.

Lalu siapa saja lagi yang percaya kepada komunisme?
Tak seorang pun. Komunisme sebagai agama sekuler sudah mati, juga sebagai satu pandangan sejarah, kecuali mungkin bagi sejumlah kecil orang di Amerika Tengah, atau di Afrika dan Filipina.

Tadi disebut hubungan sosialisme, partai tunggal, dan birokratisasi. Bagaimana sosialisme menghindari birokratisasi?

Ya, jika ia menghormati aturan suatu masyarakat yang memiliki berbagai aliran, jika partai tak menyatu dengan negara, dan jika sosialisme itu tetap bersedia mendengarkan tuntutan masyarakat. Saya takut kita memakai satu kata untuk dua hal yang berbeda: sosialisme dan komunisme. Sosialisme dalam pengertian saya adalah sosialisme yang di Swedia.

Dan di Prancis?
Sebenarnya Prancis tak merupakan negara sosial-demokrat. Prancis negara liberal, dengan perekonomian liberal, yang pemerintahannya dipegang partai sosialis.

Jadi, model Swedia itu menurut Anda dapat mencegah keadaan yang memungkinkan orang tak memerlukan birokratisasi untuk pengontrol bisnis besar?
Ya, peranan negara luas, perpajakannya sangat berat, dan penting sekali bagian yang mengurus kesehatan, pendidikan, kepastian kerja, dan lain-lain. Tapi ada kebebasan politik yang total, dan yang jelas, perekonomian Swedia tidak dinegarakan. Yang ada ialah pembagian kekayaan yang radikal oleh negara melalui sistem perpajakan.

Sumber: agorafox.fr

Dulu, di Inggris, di masa pemerintahan Partai Buruh, orang bisa datang ke dokter untuk berobat tanpa membayar. Tapi para dokter mengeluh mereka tak bisa memperoleh nafkah yang baik. Banyak yang lalu pergi ke Amerika. Inikah petunjuk bahwa orang tak suka pada aturan yang sosialistis?
Pertama, para dokter memang umumnya tak bersimpati pada sayap kiri. Kedua, pelayanan medis di Inggris itu birokratis dan tak efisien. Di Prancis kami punya sektor yang dilayani swasta dan yang dilayani negara. Kalau Anda mampu, Anda dapat memilih dokter atau rumah sakit swasta. Tapi di Prancis rumah sakit negara bukanlah untuk orang miskin. Seperti halnya sekolah milik negara, mutunya tak buruk.

Apakah Presiden Mitterrand belajar dari kesalahannya yang lalu?
Kesalahan yang mana?

Pada mulanya ia berangkat dengan ide sosialistis yang lebih murni.
Ya, dia telah belajar sesuatu. Dia kan sudah dipilih lagi. Tapi saya tak yakin apakah yang lalu itu kesalahan (tertawa).

Author: Bagja Hidayat

Wartawan majalah Tempo sejak 2001. Mendirikan blog ini pada 2002, karena menulis seperti naik sepeda: tak perlu bakat melainkan latihan yang tekun dan terus menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoy this blog? Please spread the word :)