DONG, DEH

Twitter
Visit Us
Follow Me
LinkedIn
Share
RSS
Follow by Email

Saya punya teman yang suka menukar-nukarkan penggunaan kata “dong” dengan “deh”, dan sebaliknya. Seperti kalimat “Kesiaaan deh lu” ia tuka rmenjadi “Cuciaaan dong lu” sambil menghibas-ngibaskan jari.

Ia punya alasan untuk itu. Katanya, “dong” dan “deh” sebenarnya dua kata yang sama. Jadi sah-sah saja dipakai untuk kalimat-kalimat yang sudah baku pemakaian dong dan deh itu. “Coba lu artikan ‘kasian dong lu’ dengan ‘kasian deh lu’, sama kan?” Saya tak langsung mengiyakan dalam omong-omong kosong suatu sore itu.

Ia menantang dicarikan lagi kalimat lain yang memakai dua kata itu. “Pasti sama,” ia ngotot. Ia mencontohkan lagi. “Telepon gue dong sekarang, pasti akan sama dengan ‘telepon gue deh sekarang’.”

Di kamus (waktu omong-omong itu saya belum lihat kamus) dua kata itu punya pengertian berbeda. Deh adalah kata yang digunakan untuk mengukuhkan kata-kata atau maksud kawan bicara. Sementara dong adalah kata yang dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud. Kelihatan bedanya? 🙁

Dan akhirnya (masih dalam omong-omong itu) ia menyimpulkan sendiri bahwa dong dipakai untuk permintaan yang memaksa, sementara deh untuk permintaan yang agak sopan. Saya langsung ngakak. “Kalau begitu, gue mau menodeh makan.” Ia juga balas ngakak, “Pesenin gue sayur lodong ye.”

Author: Bagja Hidayat

Wartawan majalah Tempo sejak 2001. Mendirikan blog ini pada 2002, karena menulis seperti naik sepeda: tak perlu bakat melainkan latihan yang tekun dan terus menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoy this blog? Please spread the word :)