Empat tahun lalu, tanggal ini bikin geger, lalu kini dikenang. Barangkali sebutan 11/9 atau 9/11 jadi generik. Setiap mengingat tanggal ini, orang akan menghubungkannya dengan horor yang tak ada bandingannya.
Tapi kini kita makin merasa, 11 September adalah awal malapetaka di mana-mana. Kita, seolah-olah diigiring atau makin mengiyakan nujum Samuel Huntington bahwa inilah abad peperangan Islam vs Barat. Bukankah, ketika dia meramalkan itu lebih dari 10 tahun lalu, kita sangsi adakah ramalan itu benar. Dan ramalan itu benar, bukan karena perhitungannya yang mantap, tapi karena kita gagal mencegahnya.
Dalam pidatonya, 9 jam setelah kejadian–dari film Fahrenheit 9/11 kita tahu, Presiden Bush tak cepat tanggap mendapat serangan sangat mendadak itu–Bush berkata, “Mulai sekarang dunia akan berbeda”. Berbeda, paling tidak tak ada lagi menara kembar hampir setengah kilometer menjulang di langit New York. Dan kita tahu, dunia memang berbeda, karena Bush menyerbu Afghanistan yang tak tahu apa-apa lalu Irak dengan alasan yang mengada-ada. Para pembisik presiden memang orang-orang yang mengganggukan kepala pada Huntington lalu paranoid di tengah mimpi menguasai minyak.
Dan dunia makin tak menentu setelah itu. Bencana rasanya datang bertubi-tubi. Langsung maupun tak langsung kepada kita : minyak langka, listrik padam tiba-tiba, rupiah jadi loyo, kebutuhan makin mahal, kita makin susah. Kita masih was-was, suatu kali bom meledak tiba-tiba di tempat umum. Pemerintah juga kelihatannya bingung memecahkan soal sehari-hari yang ruwet.
Yang lebih mencekam adalah, orang jadi gampang marah lalu dengan leluasa merasa punya hak membungkam orang lain. Orang Islam ramai-ramai menutup tempat sembahyang orang lain. Mereka lupa, jika satu masjid saja ditutup demonya tak surut-surut. Orang makin merasa paling benar dan paling merasa punya hak masuk sorga. Orang-orang cemas, jika Tuhan tak dibela, kita akan terkutuk laknat.
Kita tentu masih ingat, tanggal 12 September semua koran hampir memuat judul yang sama pada headline: Amerika Diserang! dan sejenisnya. Seolah-olah, memang, Amerika punya musuh yang selama ini sembunyi lalu muncul menyerang. Dan sekarang, kitalah yang sedang diserang.
One thought on “9-11”