Juara Mochtar Lubis Award.
BERITA baik bisa dimulai dengan kejengkelan. Gara-gara KPU konon kata presiden mau dibom, Jalan Diponegoro diblokir. Saya harus belok ke Kuningan untuk menuju Hotel Santika di Petamburan, Jakarta Barat.
Di Mampang, yang biasanya boleh balik kanan menuju Jalan Gatot Subroto, kali ini polisi membuang semua pengendara ke Jalan Tendean. Jadilah saya terdampar di CSW. Niatnya mau belok kanan agar sampai Palmerah lewat Jalan Gelora. Tapi sebuah Panther menghalangi belok itu sehingga saya tersasar hingga Velbak. Harapan terakhir, belok kanan di Jalan Arteri.
Di sinipun tak lagi bisa belok kanan karena sudah ada jalan bawah tanah. Saya harus balik kanan di Pondok Pinang. Ampun. Mata sepet perut keroncongan dan macet seusai magrib itu bikin malam Jumat terakhir di bulan Juli menjadi sempurna. Tapi sampai juga di Santika meski sudah dihalangi taksi yang membawa dua anak muda yang berciuman di jok belakang sewaktu akan belok di Slipi.
Dan susah sungguh mencapai Santika terbayar saat pengumuman Mochtar Lubis Award, sebuah penghargaan jurnalistik paling prestisius di Indonesia. Dua laporan jadi juara. Soal biaya admin listrik dan aborsi. Sungguh, Juli yang menyenangkan.