Editing adalah fase terpenting dalam proses menulis. Pintu terakhir sebelum artikel dipublikasikan.
TAK ada penulis kelas satu. Semua penulis adalah kelas dua karena di belakang mereka menyeringai para editor.
Bahkan dalam puisi. Kendati puisi adalah jenis tulisan yang seharusnya mengedepankan ekspresi pertama penulis terhadap percikan pemikiran dan peristiwa, beberapa penyair tetap menyunting sajak mereka setelah selesai ditulis. Dari manuskrip catatan tangan Chairil Anwar kita tahu ia acap mencoret kata dan kalimat lalu menggantinya dengan kata lain sebelum diterbitkan dan kita baca sekarang.
Para penulis adalah editor terbaik bagi tulisan mereka sendiri. Para editor sesungguhnya orang yang tak tahu apa-apa tentang objek tulisan yang dihadapinya. Tetapi ketidaktahuan itu justru penting dalam dunia sunting-menyunting. Ketidaktahuan akan mendorong pertanyaan dan pertanyaan diperlukan oleh para penulis untuk menguji seberapa menarik idenya, seberapa tajam gagasannya dan sudut pandangnya, seberapa kaya ulasan dan kedalamannya.
Penulis-penulis hebat umumnya menempatkan editor sebagai orang pertama dan utama yang diberikan ucapan terima kasih di halaman persembahan. Dan Brown sejak buku pertama menyebut Jason Kaufman, dari penerbit Doubleday yang menyunting novel-novelnya yang terkenal, disebut pertama jauh di atas nama istrinya sendiri. Kita membaca Lelaki Tua dan Laut yang legendaris dalam versi ramping karena editor Ernest Hemingway memangkas cerita tak relevan sepanjang 200 halaman.
Peran editor, dalam perkara The da Vinci Code, adalah memampatkan cerita sampai mengutak-atik plot sehingga ceritanya bisa sekompak itu. Membaca buku-buku Dan Brown seperti melihat tiki-taka Barcelona di zaman Pep Guardiola: efektif dan efisien seolah tak ada tendangan, sundulan, operan yang mubazir. Semua ada tujuan dan maksudnya. Sepak bola pun jadi terlihat indah dan nyeni.
Sebelum tulisan atau artikel dan karya-karya kita dicincang para editor, sebaiknya kita sendirilah yang mempermaknya. Pengalaman saya 17 tahun menulis untuk Tempo, yang paling sulit adalah bersikap keras kepada diri sendiri, yakni menjadi algojo bagi tulisan sendiri.
Jika mengedit tulisan orang lain saya bisa tega memangkas, menghapus, menambah tajam tulisan, tapi sering kali tak berdaya jika menghadapi tulisan sendiri. Ketegaan saya meluntur ketika menemukan kalimat bagus padahal tak relevan dengan keseluruhan isi tulisan. Saya lembek tak bisa memangkas anak cerita yang melenceng dari kisah utama hanya karena menganggap peristiwa kecil itu menohok sebagai satir.
Dalam keseluruhan proses menulis, mengedit tulisan sendiri adalah tahapan paling penting. Pada tahap itu kita dituntut berdamai sekaligus bersikap keras dengan bahan, tega pada kerja keras sendiri, hingga melatih disiplin pada rambu-rambu menulis: deadline, jumlah karakter, fokus, relevan, dst.
Penyakitnya adalah kita malah sering tak bisa menjadi editor bagi diri sendiri. Para penulis akan terjebak pada romansa setiap kalimat adalah anak-anak batinnya sendiri bahkan kekasih yang mereka cintai. Karena itu menyunting menjadi semacam “killing the darling”.
Para editor tak hanya bertugas menjaga sebuah tulisan aman secara hukum, tapi juga ia harus menambah tenaga pada ide, menjadikannya kian lincah sekaligus tajam dan mendalam. Editor sekaligus pembaca pertama yang akan menangkap sugesti dan kesan pertama dari sebuah artikel yang dihadapinya. Penyunting bertanggung jawab untuk menghindarkan sebuah tulisan dari kesalahan logika, kekisruhan berpikir, dan kekacauan bahasa.
Proses menulis biasanya terjadi seperti ini:

Para penulis umumnya mengikuti proses dalam kotak dan tanda panah hitam. Sebaiknya kita berbelok terlebih dahulu ke kotak merah. Setelah selesai menulis, tinggalkan artikel itu sendirian, lalu melakukan hal lain untuk melupakannya. Pacaran adalah salah satu contoh saja. Energi bagus dari pacaran itu akan membuat kita jadi “orang lain” ketika kembali menemui artikel yang baru kita selesaikan. Di situlah kita menjadi editor bagi diri sendiri.
Dengan menjadi “orang lain” saya akan punya jarak dengan tulisan tersebut. Dengan idenya, dengan sudut pandangnya, dengan bahan, dan cara menuliskannya. Cara ini membuat kita segera melihat kesalahan-kesalahan elementer yang muncul secara tak terduga dan terasa saat kita menulis. Kita acap asyik dengan bahan hingga melupakan kesalahan tanda baca hingga kekisruhan logika cerita.
Saat mengedit itu pula saya memeriksa banyak hal:
- Kesalahan tipografi dan gramatika
- Memeriksa kesesuaian bahan dengan angle
- Memeriksa pembuka dan penutup
- Memeriksa pengalineaan
- Memeriksa istilah
- Memeriksa jumlah karakter
- Memeriksa koherensi antar paragraf
- Memeriksa ketajaman ide
- Mengecek fakta
- Mempertimbangkan keamanan secara hukum
Itulah sebetulnya fungsi dan peran para editor. Sebelum kita menyerahkan tulisan kepada mereka, sebaiknya kita perbaiki dulu kesalahan-kesalahannya. Penulis yang baik adalah meringankan seringan mungkin pekerjaan editornya. Sebaliknya, editor yang baik melindungi penulis seperti kekasihnya sendiri. Dalam kasih sayang tega adalah sebentuk cinta, kan? (blah).
Seberapa jauh otoritas seorang editor? Ada dua jenis editor yang acap muncul dalam dunia kreatif: mereka yang membiarkan kekhasan penulis muncul dan editor yang memaksakan gaya menulisnya saat mengedit. Editor jenis pertama itu baik. Editor jenis kedua itu editor gatal. Dua-duanya punya alasan, sepanjang membiarkan atau mengedit berat itu dilakukan dengan bertanggung jawab.
Jika tulisan jumlah karakternya berlebih alias terlalu panjang dengan kolom di koran atau majalah apa tip yang paling mudah buat menguranginya? Pangkas. Periksa lagi angle tulisan. Biasanya ada satu-dua paragraf yang tak sesuai angle. Singkirkan mereka. Karena, itu adalah cabang-cabang yang membuat tulisan tak fokus.
Artikel untuk web pun, yang tak terbatasi halaman, perlu dipangkas jika cara menyampaikannya bertele-tele. Rukun tulisan adalah ringkas dan jelas. Ringkas menjelaskan, jelas memaparkan. Tulisan bertele-tele biasanya tak sesuai angle dan outline. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam menulis akan semakin sederhana ia menyampaikan gagasannya. Sebab tujuan menulis adalah agar gagasannya diketahui orang lain. Buat apa menulis jika gagasannya kabur dan cara penyampaiannya rumit dan ruwet.
Tip sederhana: minta orang terdekat Anda membacanya. Jika mereka saja tak paham apalagi orang lain, bukan? Di situlah perlu kita munculkan gunting killing the darling.