Panduan membangun startup dari seorang investor Silicon Valey.
KARENA urusan tesis, saya dipertemukan dengan buku ini oleh Burhan Sholihin, kepala pengembangan digital Kelompok Tempo Media. Menurut dia, Startuppedia bisa membimbing saya menemukan langkah-langkah praktis persiapan membangun start-up, yang diindonesiakan menjadi “usaha rintisan”. Maka saya melahapnya ketika perjalanan pulang kerja dalam kereta malam.
Pengantar Burhan benar belaka. Setelah membaca profil penulisnya, saya membaca Startuppedia nyaris sekali duduk dalam perjalanan dari Tanah Abang ke Bogor yang kira-kira makan waktu 70 menit. Anis Uzzaman benar-benar memberikan panduan praktis membangun sebuah usaha rintisan bagi pengusaha-pengusaha pemula.
Anis, CEO Fenox Venture Capital di Silicon Valey, California, yang berfokus pada pemberian modal usaha bagi start-up potensial, membuat panduan penting membangun usaha dengan kalimat-kalimat yang sederhana. Ia tak menyandarkan atau bertolak membuat panduan dari referensi akademis yang ruwet.
Alih-alih mengenalkan teori Blue Ocean dan mengimplementasikannya dalam langkah pertama menjadi pengusaha, Anis hanya memberikan satu soal yang harus dijawab ketika kita memulai bisnis: untuk apa kita membuat produk itu?
Setiap produk, menurut Anis, dibuat untuk menjawab sebuah problem di masyarakat sebagai pasar dan konsumen yang akan memakainya. Jika tak ada problem yang akan dipecahkan, bagaimana pun canggihnya produk itu, sudah pasti akan sia-sia ketika diluncurkan. Padahal, durasi krusial sebuah produk dengan fungsi yang minimal setelah diluncurkan sekitar enam bulan. Jika masyarakat merasa tak memerlukan produk itu, niscaya ia tak akan dilirik, alih-alih menjadi pemimpin pasar.
Go-Jek menjadi aplikasi terbesar dengan kapitalisasi Rp 40 triliun sekarang karena ia menyelesaikan problem ketidakpastian dalam transportasi di rimba kemacetan Jakarta. Go-Jek masuk dalam aplikasi unicorn Indonesia atau aplikasi dengan nilai kapitalisasi lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 13 triliun selain Traveloka dan Tokopedia—aplikasi belanja online paling populer–karena memecahkan problem ruwet transportasi yang bahkan tak bisa diselesaikan pemerintah.
Dalam teori disrupsi, Go-Jek memenuhi empat elemen yang disebut strategi ERRC, yaitu Eliminate, Raise, Reduce, dan Create. Go-Jek telah mendisrupsi ojek pangkalan dengan menghilangkan (eliminate) ketidakpastian harga sewa. Aplikasi ini menyediakan lapangan kerja bagi pemilik sepeda motor (raise) dan memberikan ketersediaan dan kelayakan moda transportasi bagi masyarakat dari satu titik ke titik lain. Dengan teknologi GPS, Go-Jek mengurangi (reduce) waktu tunggu transportasi publik seperti bus yang tak pasti; dan inovasi (create) Go-Jek mengganggu bisnis umum transportasi karena mudah diakses melalui telepon pintar, treking pengojek memakai GPS, dengan harga jauh lebih murah dibanding ojek pangkalan yang sudah lama ada.

ERRC biasanya menjadi dasar untuk membuat strategi Blue Ocean yang dikenalkan W. Chan Kim and Renée Mauborgne, profesor strategi di INSEAD pada 2004. Anis tak berangkat dari sini. Ia memberikan panduan praktis saja berdasarkan pengalamannya sebagai investor start-up yang menyeleksi 8.000 proposal lalu memutuskan menanamkan uang pada 5-10 start-up saja setiap tahun. Jadi ini 6 elemen yang ia sarankan bagi siapa saja yang ingin membangun start-up.
1. Membangun Tim
Ini tahap awal sebuah usaha yang sukses. Tim yang punya passion terhadap produk itu akan mendorongnya terus berkembang. Anis memberikan tips struktur tim yang solid dalam sebuah start-up, seperti menunjuk CEO, dewan direksi, COO, CTO, hingga penasihat. Karena usaha rintisan, gaji mereka bisa berupa saham. Ia memberikan contoh-contoh usaha sukses seperti Facebook atau Google yang berkembang karena para pendirinya menunjuk orang yang tepat untuk mengembangkan usaha mereka.
Kuncinya, pilih orang yang lebih pintar dari kita untuk memimpin perusahaan. Mark Zuckerberg tak paham pemasaran dan manajemen, maka ia meminta Sheryl Sandberg bergabung dengannya sebagai COO. Berkat Sheryl, Facebook menjadi platform digital baru yang merebut dan menguasai pangsa pasar iklan karena penggunanya miliaran. Tanpa Sheryl, Zuckerberg mungkin tak akan jadi orang terkaya di dunia karena bertahan pada keyakinan bahwa media sosial ini akan besar jika penggunanya masih merasa keren punya akun Facebook.
- Menciptakan Sebuah Produk
Meskipun ada banyak teori tentang bagaimana seharusnya kita membuat sebuah inovasi, ujungnya bermuara pada satu pertanyaan pokok: solusi apa yang ditawarkan produk tersebut terhadap masalahnya? Peluncuran, riset pasar, penunjukan tim teknis hingga lokalisasi produk agar pangsa konsumennya spesifik, adalah penunjang lain setelah pertanyaan pokok itu terjawab. - Melindungi Keuntungan Melalui Paten
Ini penting karena paten akan melindungi produk terus tumbuh dan berkembang dalam persaingan yang ketat. Tanpa paten, produk yang bagus bisa mati karena muncul aneka epigon dan tiruannya yang pasti akan lebih bagus karena tinggal menambal bolong-bolong yang belum disediakan oleh produk itu. Apalagi di beberapa negara dengan pasar yang luas, seperti Tiongkok, urusan paten belum terlindungi secara layak. - Pemasaran
Tes pasar di awal peluncuran sangat krusial. Untuk mengujinya, ajak teman, sejawat, keluarga, untuk mencoba produk tersebut. Respons jujur mereka akan menjadi bahan evaluasi yang bagus tentang kekurangan-kekurangannya. Banyak kanal yang bisa dipakai untuk mengenalkan produk kita ke pasar secara murah: blog, web, media sosial. - Pendanaan
Ada banyak sumber dana yang bisa dipakai sebagai modal awal membangun start-up. Memakai tabungan, meminjam uang teman dan keluarga, hingga meminta investor seperti Anis untuk memodali usaha kita. Bisa juga lewat saweran, inkubator start-up yang mulai banyak, atau membentuk rekanan strategis. Di bab ini Anis banyak memberikan tips agar produk kita dilirik investor. Kuncinya: yakinkan mereka bahwa inovasi dalam barang buatan kita akan berkembang karena unik dan dibutuhkan konsumen. Anis menyebut modal awal membangun start-up dimulai dari US$ 10.000 hingga US$ 6 juta ketika sudah membesar. - Strategi Eksit
Anis agaknya menekankan langkah terakhir ini karena penting bagi kelangsungan sebuah produk. Di Amerika para pengusaha start-up sudah memikirkan strategi eksit ketika usahanya masih dalam bentuk proposal. Sebab menyiapkan strategi eksit sejak dini akan menentukan bagaimana kita mengembangkan usaha kita yang akan jadi salah satu pertimbangan bagi investor. Menjualnya ke bursa atau akuisisi setelah berkembang adalah dua cara terbaik meluaskan pangsa pasar, meningkatkan kepercayaan, sekaligus menguatkan permodalan.
Di akhir tulisan, pembaca mengharapkan conclusion dan recommendations. Agar calon start up semakin yakin melangkah. Kekurangan para start up adalah terlalu banyak berfikir dan takut untuk melakukan action. Sehingga banyak ide terbuang.
Salam
Terima kasih, pak David. Peresensi yang baik tidak menuliskan spoiler, hehehe. Ia hanya menganggit, memberi kisi-kisi dan kesan, untuk mendorong orang lain membaca bukunya. Salam.
Tulisan bagus. Sangat SEO. Mengingat universalnya judul, membuat siapapun yang ingin mendirikan start up, pasti tertarik singgah kemari (jika beruntung diindeks mesin pencari). Sehingga artikel diharapkan se-komprehensif mungkin.
Makasih, Chief. Ngeblog itu fana, SEO abadi…