Operasi-operasi Kotor Israel

Twitter
Visit Us
Follow Me
LinkedIn
Share
RSS
Follow by Email

Dokumentasi meyakinkan tentang operasi telik sandi Israel. Lebih seru ketimbang novel intelijen mana pun.

SETIAP wartawan punya cita-cita mencapai apa yang dilakukan Ronen Bergman: menulis buku tentang operasi intelijen berdasarkan dokumen rahasia dan wawancara para agennya. Buku Rise and Kill First: The Secret History of Israel’s Targeted Assassinations menghimpun seribu wawancara dan dokumen yang mencatat operasi gelap intelijen Israel membunuh musuh-musuh mereka.

Ronen, wartawan spesialis intelijen dari Yedioth Ahronoth, koran terbesar Israel, mengambil kalimat dalam Talmud untuk judul buku yang terbit Februari lalu ini. “Jika seseorang datang hendak membunuhmu, bangun dan bunuh ia terlebih dahulu.” Ini kutipan yang pas untuk menggambarkan motif dan latar belakang operasi-operasi gelap itu.

Image result for rise and kill first
Rise and Kill First (Ronen Bergman, 2018).

Israel merasa sebagai bangsa yang tersisih sejak Inggris mengokupasi wilayah Yerusalem. Holocaust di Jerman mengukuhkan sikap inferior itu, melahirkan dendam kesumat, dan diwariskan di kalangan bangsa ini. Perasaan terancam ini membuat mereka akan menyerang lebih dahulu siapa saja yang menghalangi pendirian negara Israel.

Selama delapan tahun, Ronen memburu mereka yang terlibat dalam operasi-operasi gelap itu. Dari buku ini kita tahu Mossad, kependekan dari HaMossad leModiʿin uleTafkidim Meyuḥadim atau Badan Intelijen dan Operasi Khusus Israel, menciptakan sel-sel tertutup untuk pelbagai operasi. Maka jika Mossad disebut “negara dalam negara Israel”, sel-sel itu adalah organisasi di dalam organisasi Mossad.

Narasumber Ronen bercerita dengan detail setiap operasi hingga keterlibatan agen negara lain, terutama Amerika dan Rusia. Ronen mengecek silang cerita mereka ke dokumen-dokumen rahasia yang diterbitkan lembaga itu dan memverifikasinya ke narasumber yang menjadi targetnya.

Related image
Ronen Bergman

Ronen tak melulu bercerita kisah sukses Israel membunuh musuh mereka, dalam lebih dari 2.700 operasi selama tahun 1970-an, tapi juga operasi-operasi yang gagal. Rupanya, banyak juga operasi Mossad yang keliru bahkan mandek di tengah jalan karena musuh mereka ternyata lebih lihai.

Kegagalan Mossad terutama ketika mereka memburu pemimpin-pemimpin Palestina. Sebuah operasi yang disiapkan dengan matang dan detail membunuh Yassir Arafat di Libanon berakhir dengan ditarik-mundurnya agen intelijen dari darat-laut-udara karena orang yang menjadi target mereka ternyata Arafat-palsu. Arafat menghilang ketika mereka mengintainya.

Atau operasi membunuh Ali Hassan Salameh, seorang pemimpin Pembebeasan Rakyat Palestina (PLO) di Norwegia. Agen-agen Israel berhasil membunuhnya di jalanan, di samping istrinya yang tengah hamil. Ternyata orang yang dibunuh itu hanya petugas kebersihan hotel asal Maroko. Ia diburu karena wajahnya sangat mirip Salameh.

Informasi tentang pembunuhan Salameh itu diperoleh Ronen dari wawancara dengan agen-agen yang terlibat, juga dokumen Mossad. Ia lalu mengkonfirmasikan cerita itu kepada istri yang tengah hamil itu. Jawaban melalui email mengkonfirmasi semua cerita dari sisi agen Israel itu. Pada akhirnya, Salameh yang asli meninggal di Libanon, meledak oleh bom yang dipasang agen-agen Mossad di dalam mobilnya seusai makan malam.

Ariel Sharon

Mossad memakai segala cara untuk menghilangkan musuh-musuh mereka. Pembunuhan, penculikan, penyiksaan, penyusupan, hingga pemakaian racun dengan taktik paling tak masuk akal. Salah satunya operasi membunuh Wadie Haddad, pemimpin PLO paling dicari setelah Arafat.

Mossad menanamkan agennya—Ronen hanya bisa melacak sandinya: Sadness—menjadi orang dekat Wadie hingga berhasil mengoleskan talium ke sikat giginya. Radioaktif itu menggerogoti tubuh Wadie pelan-pelan. Ia meninggal pada 29 Maret 1978, sepuluh hari setelah tiba di sebuah rumah sakit di Jerman Timur. Dalam catatan forensik yang disedot Mossad, dokter hanya menyebut ia mati karena pendarahan otak dan pneumonia.

Hingga pagina terakhir buku setebal 750 halaman ini tak ditemukan operasi terakhir membunuh Arafat. Seperti di banyak operasi lain, Israel menolak mengakui terlibat dalam kematian Arafat pada 2004. Sejak 1974, sejak Arafat berpidato di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa, Mossad memutuskan berhenti memburunya dan memilih menyisir orang-orang dekatnya terlebih dahulu, satu-per-satu, dalam operasi-operasi yang brutal.

____________

Judul: Rise and Kill First: The Secret History of Israel’s Targeted Assassinations
Penulis: Ronen Bergman
Tebal: 750 halaman
Penerbit: Penguin Random House, 2018

Author: Bagja Hidayat

Wartawan majalah Tempo sejak 2001. Mendirikan blog ini pada 2002, karena menulis seperti naik sepeda: tak perlu bakat melainkan latihan yang tekun dan terus menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoy this blog? Please spread the word :)