Steven Pinker menyajikan banyak data untuk meyakinkan bahwa dunia sudah sangat maju dan lebih baik. Ode untuk kapitalisme dan sekularisme.
BAGI Steven Pinker surga-dunia adalah hari ini. Dunia kian ramah, kekerasan jauh berkurang, kematian tidak datang dari penyakit yang sulit dicegah, tak ada lagi orang sangat miskin, bahkan mereka yang tak punya uang masih punya cara untuk bahagia.
Dalam Enligtenment Now, Profesor Psikolinguistik di Harvard University, Amerika Serikat, ini melanjutkan tesis dan penjelasannya soal zaman keemasan hidup manusia, dengan lebih tajam. Pinker kini jadi pemikir paling populer, yang memfoskukan pada kajian-kajian kognisi. Setidaknya ada lima buku telah ia tulis yang menginvestigasi soal kemampuan bahasa manusia. Menurut dia, kecerdasan bahasa kita merupakan perilaku bawaan yang teruji dalam seleksi alam dan menyesuaikan diri dengannya.
Bukunya yang menarik, The Sense of Style, mengulas tentang kemampuan manusia menuangkan ide dan gagasan dalam bahasa tulis—yang merupakan salah satu pencapaian kecerdasan. Lewat buku itu ia juga mengkritik tabiat para ilmuwan dan akademis yang acap melontarkan pokok-pokok pikiran mereka secara ruwet dan mendakik-dakik. Walhasil, alih-alih pengetahuan itu tersebar, pembaca kesulitan menangkap dan memahaminya.
Enlightenment Now adalah bukunya yang ke-8. Ia mengajukan tesis dengan data-data yang meyakinkan soal keadaan dunia yang lebih baik dibanding satu-dua abada lalu. Kini, tak ada lagi perang antara dua negara selama 400 tahun. Ketimpangan menurun drastis dan kemiskinan ekstrem anjlok dari 90 persen pada 1880 tinggal 9 persen saja pada 2015. Ia menyebut abad ini sebagai abad pencerahan, yang ditandai dengan pesatnya teknologi dan persebaran informasi.
Kinerja mesin telah membantu hidup manusia menjadi lebih mudah. Dengan teknologi yang terus menerus diperbarui, ongkos setrum untuk lampu penerangan kian murah. Teknologi mesin cuci memangkas waktu bilas dari 11,5 jam pada 1920 tinggal 1,5 jam pada 2014, sehingga ibu rumah tangga bisa memakai sisa waktu itu untuk hal-hal lain yang lebih produktif.
Teknologi big data dan algoritma telah memudahkan hidup manusia dan terkoneksi pada ilmu pengetahuan secara lebih mudah dan cepat. Kita tak perlu datang ke konser untuk menikmati kemegahan Simponi Bethoven ke-9. iPhone, teknologi penyimpanan data, dan aplikasi menjawab semua kebutuhan manusia untuk bersenang-senang hari ini. Artinya, manusia hidup tenang tanpa ketakutan-ketakutan berarti.
Ada 15 ukuran, yang dibagi ke dalam bab, yang dipakai Pinker untuk menunjukkan dunia lebih baik hari ini. Argumen-argumennya, juga data-datanya, mirip dengan apa yang disajikan Hans Rosling dalam Factfulness. Dokter Swedia itu juga meyakinkan kita dengan limpahan data bahwa dunia lebih baik dari perkiraan dan stereotip banyak orang.
Bagi kedua ilmuwan ini, dunia tak seburuk headline koran, manusia tak sejahat seperti tergambar di halaman muka majalah, atau tayangan investigasi kejahatan di televisi. Jika Hans tak mau disebut seorang yang optimistik, karena ia hanya ingin mengajak melihat dunia dari fakta dan data, Pinker lebih jelas pandangannya: ia seorang optimistik melihat manusia dan dunia.
Jika Hans lebih naratif mengurai data-data berbasis pengalamannya menolong dan mencegah penyakit membunuh manusia di seluruh dunia, argumen Pinker lebih ilmiah dengan sesedikit mungkin memberi komentar atas analisis dari data-data yang ia kutip. Pinker tak mencemaskan menguatnya konservatisme dalam banyak segi yang menguat justru karena kemajuan teknologi.
Ulasan Pinker tak menyentuh sampai di sini. Ia memang menyinggung terorisme yang lebih banyak membunuh manusia ketimbang wabah penyakit, tapi tak membahas soal kebangkitan ideologi agama dan kebanggaan ras yang tumbuh di banyak bangsa. Pinker lebih asyik membahas liberalisme dan sekularisme sebagai jalan terbaik manusia untuk bahagia.
Ia menunjukkan, misalnya, perubahan negara-negara konservatif yang bisa memangkas kemiskinan dan ketimpangan pendapatan penduduknya setelah meniru cara orang Nordik mengelola negara. Sementara negara lain yang mempertahankan hukum dan sistem masa lalu tak jauh beranjak dalam soal mengurangi kemiskinan.
Pinker menyebut hal-hal buruk itu sebagai gerakan “anti-pencerahan”. Tentu saja ia mencemoohnya, tapi tak menunjukkan bahayanya yang bisa menggerus kembali keberhasilan-keberhasilan manusia di jalan “pencerahan” itu. Ia lebih senang membahas teknologi yang bermanfaat bagi manusia ketimbang sisi buruk dampaknya.
Maka, ketika ia membahas kecerdasan buatan, pemikir berdarah Kanada ini, mengulasnya dengan optimisme mata berbinar. Bagi Pinker, manusia akan mengendalikan mesin untuk memudahkan segala hal ihwal. Para robot dan peranti lunak itu tak akan menghapus eksistensi kita.
Seperti kata Bill Gates, pendiri Microsoft yang menjadikan buku ini sebagai buku favoritnya sepanjang masa, Pinker terlalu antusias dengan teknologi padahal kita belum sampai pada era ini. Pada saatnya nanti, kata dia, kita akan tahu siapa mengendalikan siapa: mesin atau manusia.
kecerdasan bahasa kita merupakan perilaku bawaan yang teruji dalam seleksi alam dan menyesuaikan diri dengannya.