Musuh dalam Selimut: Suami Dukung Prabowo, Istri Fans Berat Jokowi

Twitter
Visit Us
Follow Me
LinkedIn
Share
RSS
Follow by Email


Suami-istri ini berbeda pilihan politik dalam memilih calon presiden. Tetap mesra, meski ribut sejak dalam selimut.

Pemilihan presiden membelah masyarakat Indonesia ke dalam dua kubu secara diametral: antara penyokong Joko Widodo dan pendukung Prabowo Subianto. Meski belakangan ada kubu baru yang menyerukan Golput, tapi pendukung kedua calon presiden 2019 itu masih terlalu banyak dibandingkan kubu ketiga.

Perpecahan itu terjadi sejak 2014. Banyak laporan yang mengabarkan perpecahan tak hanya terjadi antar teman tapi juga meretakkan hubungan keluarga akibat beda pilihan calon presiden. Media sosial menjadi ajang percekcokkan pendukung kedua kandidat dengan saling menjatuhkan dan menyudutkan. Tagar-tagar dihiasi oleh nama-nama kandidat untuk berebut trending topik.

Tak terkecuali bagi keluarga Gagan Gandara, 45 tahun. Sejak Pemilu 2014 ia selalu berbeda pilihan dengan istrinya, Harini Irawati, 40 tahun. Gagan konsisten mendukung Prabowo Subianto, sementara Rini fans Jokowi sejak mula. Maka dalam tarung ulang pemilihan presiden tahun ini pun, keduanya kembali berbeda.

Gagan dan Harini seusai pemilihan presiden 2014

Tak hanya pemilihan presiden, keduanya juga berbeda pilihan dalam banyak pemilihan kepala daerah. “Saya tak akan mendukung calon yang didukung oleh satu partai yang tak saya suka,” kata Rini, menyebut satu nama partai.

Karena Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sangat lentur dipakai untuk mengkriminalisasi seseorang, Rini meminta nama partai itu tak disebut karena bisa berujung masalah. “Tapi, you know lah, siapa mereka,” katanya. Menurut dia, partai ini berkampanye memakai nilai-nilai agama padahal korupsi juga, menyerang Jokowi berkampanye memakai cucu, padahal mereka yang memelopori demonstrasi membawa anak-anak.

Adapun Gagan memilih Prabowo karena tertarik pada sosok Sandiaga Uno yang disebutnya mumpuni dalam bidang ekonomi karena berlatar belakang pengusaha. “Dia masih muda, tahu isu-isu utama yang dihadapi negara menghadapi kondisi-kondisi di masa depan,” katanya. “Sementara Prabowo sangat nasionalis dan unggul dalam strategi pertahanan dan keamanan.”

BACA: Cara Menangkal Hoax

Perbedaan pilihan suami istri ini tak hanya ditunjukkan di rumah tapi juga secara terbuka di Facebook. Setiap hari Gagan mengunggah status atau tautan berita yang memuji pasangan Prabowo-Sandi. Kadang-kadang ia juga membuat survei siapa yang akan dipilih teman-teman Facebooknya dari dua pasangan kandidat yang ada. “Ya, iyalah, teman-teman kamu kan pendukung penantang,” Rini menyembur di papan komentar. “Coba kalau aku yang bikin polling .”

Gagan biasanya menjawab dengan emoticon senyum. “Ini main-main, saja, Beb,” tulisnya. Saling komen suami-istri berbeda pilihan ini sontak membuat teman-teman keduanya ikut berkomentar. Teman-teman Rini, umumnya perempuan, datang membela. Sebaliknya, teman-teman Gagan, sebagian besar laki-laki, juga membela hasil polling itu sebagai sebuah kenyataan dan prediksi yang akurat.

Teman keduanya sebenarnya satu lingkaran. Gagan dan Rini bertemu di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada 1996. Waktu itu Gagan menjadi panitia Ospek dengan Rini sebagai mahasiswa juniornya. Keduanya berpacaran dan menikah pada 1999. Kini keduanya tinggal di Bogor dengan dua anak gadis dan satu anak laki-laki. Maka teman keduanya di Facebook adalah para alumni IPB.

Teman lain keduanya adalah teman kantor masing-masing. Rini bekerja di Bogor di sebuah lembaga organisasi non-pemerintah asing , sementara Gagan di Jakarta di sebuah perusahaan rintisan aplikasi asal luar negeri. Lainnya teman kuliah master. Rini lulus magister Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia empat tahun lalu, ketika hamil anak ketiga. Gagan kini masih menempuh program master di Sekolah Bisnis IPB.

Rini lahir di Jakarta dan besar serta bersekolah di Bogor, adapun Gagan lahir dan besar di Tasikmalaya. “Faktor asal-usul ini mungkin yang mempengaruhi pilihan kami,” kata Gagan. “Saya belajar mengaji di kampung secara tradisional, jadi faktor keyakinan lebih dominan, sementara my sweetheart lahir dan besar di kota yang sangat rasional.”

Gagan dan Harini, 1997, di kampus Fakultas Kehutanan IPB. Sedang pendekatan.

Untuk mewawancarai keduanya, saya membuat grup WhatsApp bernama “Bojo” yang beranggotakan mereka berdua. Tidak saja berarti suami atau istri dalam bahasa Jawa, Bojo juga akronim “Prabowo-Jokowi”. Saya bertanya kepada mereka soal pilihan politik masing-masing. Tidak hanya mencerminkan pendukung dua kubu yang berseberangan, keduanya adalah contoh bahwa pilihan politik bisa beda tanpa membuat hubungan jadi retak. Slogan mereka patut ditiru: #BerbedaTetapMesra.

Berikut ini rangkumannya:

Kenapa beda pilihan?

Rini: Karena gue enggak bisa menemukan alasan mengapa mesti pilih Prabowo. Sementara banyak alasan memilih Jokowi: kerjanya sudah jelas, meski banyak orang bilang pencitraan dasarnya dia orang baik, tidak didukung partai itu, sisanya gue pikirkan. Tapi coba lihat ke Prabowo. Semua programnya enggak realistis: mau naikin gaji PNS biar tak korupsi. Loh, itu anggota DPR yang gajinya gede-gede toh korupsi juga. Visi dan misinya juga mengawang-awang, pakai bawa-bawa soal sok ganteng dan sok muda. Enggak kena buat emak-emak kayak gue.

Gagan: Mungkin faktor sosiologis tadi yang dominan, meskipun alasan saya juga tetap rasional memilih Prabowo.

Tak coba diyakinkan di balik selimut?

Rini: Sering. Literary, dia musuh gue dalam selimut. Pilpres 2014 cuma share link di media sosial, sekarang sampai selimut. Dia buka video ceramah Rocky Gerung, mungkin berharap gue dengar dan tertarik. Karena gue enggak menemukan di mana bagusnya, ya, gue keluar dari selimut…

Kalo begitu bikin larangan bawa HP ke kamar….

Rini: Enggak bisa, karena gue juga suka main HP di kasur ha-ha-ha

Gagan: Di balik selimut memberikan argumen-argumen yang rasional saja: kenapa, bagaimana, ekspektasi, peta politik, peta ekonomi.

BACA: Lima Buku Terbaik 2018

Rini: Argumennya enggak rasional. Kemarin menjelaskan Prabowo didukung siapa, Jokowi didukung siapa. Katanya Prabowo didukung Amerika yang di belakangnya ada Israel, sementara Prabowo dianggap pembela Islam dan Jokowi tidak. Bagaimana ceritanya pendukung Prabowo mau bersatu sama Israel? Not really into my logical thinking

Gagan: Pemimpin abad 21 itu harus mengerti politik perdagangan nasional, regional, global. Yang paling fit itu Sandiaga Uno.

Kita kan enggak memilih Wapres…

Rini: Naaahhh….

Gagan: Jokowi tak bisa bagi peran dengan Wapresnya. Hanya sedikit yang kita tahu tentang Ma’ruf Amin. Padahal ke depan akan disrupsi ekonomi. Kita sekarang defisit neraca perdagangan karena pemerintah fokus ke infrastruktur lupa pada industri. Itulah akibat memotret pembangunan terlalu sederhana.

Memang Jokowi tak unggul dalam bidang-bidang itu?
Gagan
: Honestly not sure. Hanya Rini Sumarno yang paling pintar di kabinet Jokowi untuk urusan dalam negeri dan Ibu Sri Mulyani untuk ekonomi luar negeri.

Tak menimbang orang-orang di sekitar calon presiden? Prabowo ada Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani…

Rini: Gue mah ogah… Hiii….

Gagan: Tidak terpikir nama-nama itu. Yang terpikirkan Fahri Hamzah, Faisal Basri, Dahnil Simanjuntak

Bagaimana dengan latar belakang Prabowo?

Gagan: Latar belakang jadi pertimbangan, isu HAM, soal level keislaman dia, anak orang berada (anak menteri dan mantan menantu presiden). Tapi itu bukan show stopper karena sistem demokrasi dan konstitusi kita sudah already on the place.

Bagaimana dengan Prabowo yang suka memakai data keliru untuk menakut-nakuti?

Gagan: Memakai data salah memang blunder dan kelemahan Prabowo.

Apa tak cemas jika nanti Prabowo jadi Presiden ia akan pakai data salah untuk tujuan menakut-nakuti sebelum membuat sebuah program agar diterima?

Gagan: Dia hanya hiperbolik saja untuk menyerang kelemahan Jokowi. Dia berusaha komunikasi down to earth karena sasarannya orang awam yang mayoritas. Hanya kita saja yang kritis dan cross check. Jadi blunder kesalahan itu wajar saja.

Soal infrastruktur. Kalau Prabowo tak setuju teruskan infrastruktur lalu menghentikannya nanti jadi mangkrak. Ongkos sosial lebih mahal. Apa tak kita kasih kesempatan saja kepada Jokowi menyelesaikannya di periode kedua?

Rini: Gue setuju ini. Nanti saja Prabowo jadi Presiden kalau semua sudah diselesaikan Jokowi. Bukan begitu, Beb?

Gagan: Yang sudah jalan harus diselesaikan. Nanti prioritas infrastruktur harus lebih baik.

Pertanyaan pilihan:

  1. Saya tak suka Jokowi maka memilih Prabowo
  2. Saya dukung Jokowi karena tak suka Prabowo
  3. Saya suka Jokowi karena itu tak memilih Prabowo

Gagan: 1 (Tidak suka pada model pengambilan keputusan yang terlalu prematur dan kurang pertimbangan, terlalu populis)

Rini: 2

Nah itu, tak khawatir dengan gaya Jokowi yang “Don’t read what I sign”?

Rini: Ya, kan kita kalau jadi bos juga tak membaca secara keseluruhan. Jokowi perlu memilih anak buah yang benar.

Artinya dia tak memilih anak buah dengan benar. Kelemahan lain, soal fokus infrastruktur dan melupakan industri yang membuat defisit perdagangan…

Rini: Bukan melupakan tapi fokus ke infrastruktur dulu karena dilupakan presiden-presiden sebelumnya. Kalau infrastruktur lengkap apa-apa jadi mudah. Masak ketinggalan dari Malaysia.

BACA: Dari Dapur Redaksi Media Jerman

Ini debat-debat berantem begini di meja makan juga?

Rini: Kalau ada bahan. Enggak sampai berantem sih. Dia membebaskan apa pilihan gue.

Sampai di grup WhatsApp keluarga?

Rini: Keluarga gue enggak pernah nyinggung politik. Keluarga dia, iya. Jadi gue sering clear chat.

Gagan: Ada satu keluarga kakak jadi pendukung Jokowi semua.

Gagan tertarik masuk politik?

Gagan: Suatu saat nanti.

Tugas pertama meyakinkan teman sekasur…

Gagan: Sebenarnya, saya sudah tahu kunci menaklukkannya. Tapi biarkan, nanti juga tanpa sadar dia akan mengikuti saya, he-he-he.

Rini: Hhhh…

Tapi kalau 10 tahun tak kunjung yakin, kunci itu layak diragukan…

Rini: Ha-ha-ha

Gagan: Harus sabar

Author: Bagja Hidayat

Wartawan majalah Tempo sejak 2001. Mendirikan blog ini pada 2002, karena menulis seperti naik sepeda: tak perlu bakat melainkan latihan yang tekun dan terus menerus.

8 thoughts on “Musuh dalam Selimut: Suami Dukung Prabowo, Istri Fans Berat Jokowi”

  1. Menggambarkan kondisi riil saat ini. Etapi merawat cintanya gmn caranya? Anak2 gadisnya ikut nimbrung enggak ya?

    Menarik, memancing beragam pertanyaan.

  2. Bagja apa kabar?
    Novel terbaru saya “Dilarang Bercanda dengan Kenangan” (Republika Penerbit) yang edar akhir 2018, protagonisnya (Jo) lulusan Fak. Kehutanan IPB lho. Jangan-jangan Jo ini kakak kelasnya Gagan dan Rini karena tahun 1997 Jo dapat beasiswa di Leeds (lulus IPB dua tahun sebelumnya). 🙂

    Kalau masih ada waktu buat mereview DBdK, senang sekali. Saya sudah kirim ke Tempo 2 eks, 1 buat Azul dan 1 lagi buat Perpustakaan.

  3. Pingback: KISAH PEMIJAT BUTA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoy this blog? Please spread the word :)