Cara menang dalam perang bisnis. Pengalaman penulis dan contoh-contoh kasus perusahaan yang sukses di era disrupsi.
DALAM literatur perang ada istilah populer yang datang dari cara tentara Jerman menggasak musuh-musuh mereka di Perang Dunia II: blitzkrieg. Ini semacam taktik perang kilat yang merangsek musuh dengan terus bergerak memadukan serangan darat dan panduan udara melalui radio. Strategi ini dianggap sukses karena sejarah mencatat kemenangan-kemenangan Jerman atas Rusia, Polandia, Belgia, bahkan dicoba dalam perang di Afrika Utara.
Istilah itu yang mengilhami Reid Hoffman menulis buku ini: Blitzscaling. Sebagaimana diakuinya dalam pengantar buku yang terbit akhir tahun lalu itu, Hoffman menerapkannya dalam strategi bisnis. Pendiri PayPal, LinkedIn, dan investor Facebook ini merumuskan blitzscaling dari pengalamannya sendiri membesarkan banyak usaha rintisan di Silicon Valey, California.
Karena itu buku ini tak hanya semacam opini-otobiografi, juga kumpulan studi kasus dari perusahaan-perusahaan itu dalam membangun reputasi, strategi, dan menaklukkan pasar di era disrupsi hari ini. Hoffman dan Chris Yeh memadukan pelbagai data untuk menopang argumen dari tiap strategi yang mereka bahas di tiap bab secara detail dengan kalimat dan perspektif yang mudah dicerna.
Bagi Hoffman, dunia bisnis tak ubahnya dunia peperangan. Perjalanan sebuah bisnis penuh dengan ketidakpastian, banyak musuh yang tak terlihat yang siap membokong, juga jalan terjal yang tak terdeteksi. Semua onak dan duri itu, kata Hoffman, akan membunuh bisnis yang tengah kita rintis jika kita tak siap melancarkan perang kilat itu: terus bergerak untuk mengalahkan musuh-musuh itu sebelum mereka menguasai pasar kita.
Apa yang diulas Hoffman sebetulnya tak terlalu baru. W. Chan Kim and Renée Mauborgne, dua profesor dari Sekolah Bisnis INSEAD di Prancis, sudah merumuskan teori blue ocean strategy pada 1997 dan menjadi rujukan strategi bisnis hingga hari ini. Jika Hoffman mengibaratkan bisnis sebagai palagan, Kim dan Renée mengibaratkannya laut merah yang penuh hiu haus darah. Atau Eric Ries yang mencetuskan strategi usaha tangkas (lean start-up) yang dimulai sejak mendesain pikiran di balik sebuah produk.
Beda antara mereka adalah cara menempuh palagan dan laut merah itu. Kim dan Renée seperti Peter Thiel, pendiri PayPal, yang menganjurkan monopoli bisnis dengan menciptakan produk yang tak ada di pasar sehingga nol persaingan, Hoffman cenderung menghadapi dan masuk dalam pertarungan bisnis itu. “Jika kita sudah masuk area pertempuran dan bertemu musuh, pilihan tinggal dua: lari atau hadapi,” katanya.
Blitzscaling adalah strategi menghadapi musuh itu dan memenangi pertempuran yang mungkin berdarah-darah. Karena mengadopsi taktik blitzkrieg, Hoffman menyarankan agar para pebisnis melakukan strategi dengan gerakan cepat agar para pesaing tak sempat berpikir menangkalnya. Buku ini berisi strategi-strategi detail menghadapi musuh dalam merenggut pasar itu.
Meskipun blitzkrieg adalah taktik perang cepat dalam pertempuran, Hoffman tidak memulai pembahasan dari bisnis yang sudah jalan. Ia membagi bisnis dari skalanya: rumahan, kampung, kota, hingga skala nasional. Skala di sini mengacu kepada jumlah pelanggan. Bisnis rumahan mungkin hanya punya 15 nasabah, kampung sekitar 150, dan skala nasional lebih dari 150 ribu.
Karena itu buku ini juga membahas strategi bisnis perusahaan sejak tumbuh dengan segala risiko dan cara melewatinya. Dengan gaya dosen yang telaten—Hoffman juga mengajar di Stanford University Graduate School of Business—ia membedah strategi-strategi bisnis berdasarkan skala itu, yang berbeda perlakuannya.
Pada skala kecil, misalnya, pebisnis mesti fokus pada produk, infrastruktur, dan inovasi. Menancapkan merek atau memetik untung belum terlalu diperlukan karena fokus di skala ini adalah meluaskan konsumen. Menguatkan merek dan layanan konsumen akan menjadi strategi di tahap berikutnya. Pada skala nasional, karena perusahaan telah jadi gergasi, penguatan organisasi menjadi elemen utama seraya membuat strategi mempertahankan pasar dan meluaskannya.
Bisnis di era koneksi di segala lini hari ini, kata Hoffman, akan terpilah hanya di empat bidang: keuangan, transportasi, perdagangan, dan informasi. Meski membuat strategi perang cepat, pada akhirnya Hoffman tetap menganjurkan gerakan cepat itu tetap saja dengan perhitungan matang. Artinya, cepat tapi tidak drastis. Mengembangkan bisnis memang harus dengan merangsek setahap demi setahap.
_________________________
Judul: Blitzscaling: The Lightning-Fast Path to Building Massively Valuable Companies
Penulis: Reid Hoffman dan Chris Yeh
Penerbit: Currency
Tebal: 336 halaman
Thanks Bang, ulasannya keren..untuk next-nya boleh request gak? The Hits Maker-nya Derek Thompson dong Bang gantian diulas..hehe. Thanks before
Terima kasih. Akan dicari bukunya
wow, ulasannya keren . semoga ada ulasan lain lagi.Bang Bagja HIdayat